Kehidupan yang serba susah memang masih menjadi permasalahan utama, terutama bagi masyarakat kalangan bawah. Terlebih lagi jika sosok kedua orang tua yang memberikan nafkah sudah meninggal dunia dengan begitu cepat.
Sama seperti yang dialami oleh lima anak yatim piatu yang harus tinggal di sebuah gubuk kecil dan reyot di Kampung Batok kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor. Kelimanya merupakan anak dari pasangan Didi dan Supiyah yang dua-duanya meninggal tahun 2012.
Serumah Dengan Kambing, Kehidupan Lima Anak Yatim Piatu Ini Sungguh Menyedihkan
Kelima anak yatim hidup di gubuk reyot bersama kambing (Jawapos.com)
Dari kelima anak tersebut, hanya anak sulungnya yang bisa bekerja serabutan guna memenuhi kebutuhan yang sebenarnya tidak cukup. Sementara anak yang keempat dan kelima masih bisa mengeyam pendidikan di Sekolah Dasar.
“Kakak kerja serabutan, angon kambing. Buat (biaya) sehari-hari susah,” ucap Sabar yang merupakan anak ketiga, sebagaimana dikutip dari JPNN, Rabu (12/10/2016).
Lantaran kambing yang dipelihara merupakan milik orang lain, kakak sulungnya yang bernama Kanta berusaha menjaganya dengan baik. Bahkan ketika hujan turun, kelimanya pun harus berbagi tempat dengan kambing-kambing.
“Semuanya tinggal di rumah reyot. Belum pernah sama sekali mendapat bantuan,” ungkap Dessy Suprihatini selaku aktivis Sosial Bogor Barat.
Tampak dalam gubuk sederhana tersebut kamar mandi, ruang keluarga dan dapur menjadi satu. Mereka pun tidur hanya beralaskan tikar seadanya.
“Sehari-hari mereka harus menunggu belas kasihan tetangganya untuk bisa makan. Anak pertamanya bekerja sebagai kuli serabutan. Kondisi itu membuat beban hidup mereka semakin berat dan butuh uluran bantuan dari semua pihak,” lanjutnya.
Kabar warganya yang kesusahan itu pun sampai ke telinga Bupati Bogor, Nurhayanti. Ia kemudian meminta aparatur setempat untuk melakukan peninjauan ke rumah kelima anak yatim piatu tersebut.
“Insya Allah Pak Camat sudah ditugaskan untuk ke lokasi,” ucap Nurhayanti.
Bupati Bogor itu juga meminta agar kelima anak yatim piatu tersebut mendapatkan penanganan, baik dari segi tempat tinggal maupun pendidikannya.
“Saya minta dicarikan solusi untuk penanganan lainnya,” pungkasnya.