Tidak lama sebelumnya, ayah Wang tiba-tiba jatuh sakit lalu membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menjalani operasi. Tapi setelah Wang meminjam kesana kemari kepada semua temannya, ia masih kurang 50ribu yuan.Wang sangat menyayangi ayahnya, jadi Wang sangat tidak ingin kehilangan ayahnya. Ia pun berpikir keras apa yang harus ia lakukan.
Wang teringat akan teman kuliahnya dulu yang bernama Zhou sekarang telah membuka perusahaan, Wang pun berniat meminta bantuannya, mengingat hubungan mereka berdua dulunya sangat akrab. Tapi sejak mereka tamat kuliah mereka sama sekali tidak saling menghubungi satu sama lain. Tapi demi pengobatannya ayahnya, akhirnya ia memberanikan diri menemui temannya zhou.
Akhirnya Wang pun tiba di kantornya Zhou dan memberitahukan seketaris kalau ia ingin bertemu dengan Zhou. Setelah diberitahu Sekretaris ada tamu yang mau menemui dia, Zhou dari kantor keluar, sontak berkata : "Teman lama ku, bagaimana anda dapat datang kesini?"
Wang sekali melihat Zhou, tampak mapan dengan jas dan dasi yang mahal serta sepatunya yang mengkilap, seakan menandakan seorang pengusaha yang telah sukses.
Jawab Xiao dengan cangguh : "Tidak...tidak ada masalah, saya berpas-pasan sedang keluar kota berbisnis, lalu menemui kamu sebentar!"
Zhou dengan singgap memberi arahan kepada Sekretaris nya untuk membuat teh, lalu mereka saling bersalaman. Eh, Wang yang baru mengeluarkan dua kalimat,
Telepon Zhou mulai berdering, Zhou tampak asik saling berbicara dan saat ber-telepon selama sekian menit. Wang yang duduk di sofa, mulai merasa tidak nyaman. Zhou memegang ponsel, terdengar beberapa kali melepas tawanya, semua yang dibicarakan Zhou sudah di luar pengetahuan Wang. Tidak tahu mengapa semakin melihat Wang, semakin ia (Wang) merasa Zhou bukan orang biasa lagi. Tentu saja, sudah lewat bertahun-tahun, Zhou sekarang memiliki lingkaran temannya sendiri. Mungkin menurut Zhou sendiri, dia sudah menjadi orang yang berubah total. Setelah berpikir sana-sini Wang lalu merubah pikirannya, dia menjadi sungkan untuk meminjam uang dari Zhou.
Setelah setengah jam berselang, Zhou baru selesai dengan percakapan ponselnya, sembari tidak enak hati kepada Wang, Zhou meminta maaf : "Maaf yaa, saudaraku, banyak hal harus saya sendiri turun tangan.", ujarnya.
Wang bergumam : "Saya tahu Anda sibuk kok ......". Lalu Zhou tiba-tiba bertanya lagi kepada Wang: "Saudaraku, kamu jauh-jauh datang kesini benaran tidak ada yang mau kamu butuhkan?"
Wang Xiao mengangguk: "Tidak ada tidak ada, saya hanya ingin menjenguk mu saja, aku harus segera naik kereta api !!" mengucapkan selamat tinggal dan bersiap-siap untuk berangkat. Zhou dengan cepat mencegatnya "Tidak perlu terburu-terburu sobat, setidaknya kita makan bersama-sama sejenak", ujarnya.
Setelah mencegat Wang, Zhou meraih telepon dan berpesan kepada sekretarisnya "Tolong belikan saya semangkuk mie instan",mintanya.
Wang tidak percaya apa yang didengarnya dalam hatinya berkata "Apa? Selama bertahun-tahun tidak berjumpa, ia hanya mentraktir saya dengan semangkuk mie instan, sudah cukup hari ini diperlakukan seperti ini." Tampaknya, sebelum spekulasinya benar, ia sudah melupakan hubungan persaudaraan dahulu. "
Pemikiran ini, Wang Xiao pun duduk, dan sengaja dengan suara yang keras berkata: "OK, aku tidak bisa hidup tanpa saudaraku!"
Dengan cepat, sekretarisnya masuk dan mengantarkan mie instan itu. Zhou menyambut dengan antusias, ia berkata: "Saudaraku, mari silahkan dimakan!" Wang sembari makan mie instan makan, tak tahan dengan perasaannya lagi. Tapi pada akhirnya, ia menahan diri, lalu ia berpura-pura mengatakan: "Begitu harum dan lezat mie instan ini ......" sembari memakan dengan lahapan besar, Zhou melihat dengan penuh perhatian.
Melihat mangkuk mie instan yang akan habis. Zhou tiba-tiba berkata: "Saudara, jangan dimakan sampai habis dulu, sisakan saya sup terakhir itu !" Tiba-tiba, Wang Xiao tertegun. Pada saat ini, Zhou langsung merebut mie instan dari tangan Wang dan menelannya. Sambil menggerutu, meminum sup tersebut, akhirnya Zhou menyeka mulutnya, mengatakan: "Ah benar-benar harum ......" Tiba-tiba, mata Wang berkaca-kaca.
Zhou dengan suara dingin tersedak dengan isak tangis "Saudaraku, apakah anda masih ingat saat di kampus dulu, kamu selalu mengambil mie instan untuk makan malam", ucapnya. "Pada saat itu, aku sedang makan di kantin dan masih rakus, masih menginginkan sup kamu. Setiap kali, kamu masih sengaja menyisakan banyak mie untukku."
Yang ingin saya katakan adalah, tidak peduli apa aku masih seperti sebelumnya, persaudaraan kita masih sama seperti sebelumnya, selamanya tidak akan berubah. Jadi, jika kamu masih anggap aku sebagai saudara, katakanlah kepada saya jika kamu ada kesulitan. Tiba-tiba, Wang Xiao tidak bisa menahan air matanya lagi!
Sumber : Cerpen.co.id